Rabu, 25 April 2012

NOUN CLAUSES



1. (Should we wait for him ?) I wonder if we should wait for him.
2.(Did She borrow your dictionary ?) I want to know whether she borrowed your dictionary or not.
3.(Does she need any help ?) I wonder if she need any help.
4.(Is he having trouble ?) The fact that she’s having trouble is not surprising me.
5.(Does it belong to Jake ?) I want to know whether it belongs to Jake or not.
6.(Is there life on other planets ?) I want to know if there’s a life on other planets.
7.(Will people live on the moon someday ?) I wonder if people will live on the moon someday.
8.(Is this information correct ?) Could you tell me if this information is correct or not ?
9.That dictionary is good. I wonder if that dictionary is good or not.
10.Those glasses are expenssive. I want to know if those glasses are expenssive

Global Warming


I want to start by thanking the members of your board for sponsoring this panel discussion on global warming – a subject that deserves far more of our attention than it usually gets. And to thank them for inviting me to participate. I’m no Al Gore, but the subject is one I feel passionately about, and I am
always happy to be a part of any forum that raises our collective awareness about the seriousness of the issue.
 Officially, this is to be a panel discussion of the quote Global Warming Controversy unquote. Although I appreciate the value of such a provocative title in promoting attendance, it is somewhat misleading – in my opinion – and the main purpose of my opening remarks will be to try and convince you that there is, in fact, no controversy. The perception that there is a controversy is perpetuated mainly by the popular media whose striving to appear even-handed means they continue to print contrary opinions by increasingly marginalized scientists, thereby perpetuating the myth that there is an ongoing controversy about the facts and causes of global warming. This situation is worsened because the people who do have the facts – the scientists – don’t seem to know how to communicate to the public, and the special interest groups who excel at swaying public opinion aren’t doing so with the facts.
Whatever may have been true thirty years ago, today there is no scientific debate about the reality of – or the causes of – global warming. None. In fact, in a study published in prestigious journal Science, scientist Naomi Oreskes analyzed all papers that have been published in peer-reviewed scientific journals with the key word “global climate change” over the decade ending in 2003 and found that none – not a single one – argued against the fact of “anthropogenic global climate change.” There are a few scientists and pseudoscientific organizations still dithering about lack of evidence, but the scientific community is overwhelmingly in agreement that the evidence for human-induced global warming is clear and persuasive.
 I want to briefly go over the evidence just so we can put that to bed and move on to the debate the country should be having, namely, what can we do about it. So what is global warming and how do we know it’s happening? The term global warming is generally used to indicate a rise in the average temperature of the planet’s surface, and there are several direct indicators that a major warming trend is in progress. The temperature record shows, for example, that the top 10 hottest years on record occurred since 1989. The record also shows that the average temperature has risen about one degree Fahrenheit in the last century alone, and that the temperature is rising even more rapidly at the two poles – there the average temperatures have risen to five

Jumat, 13 April 2012

SANDAL KULIT SANG RAJA

Seorang Maharaja akan berkeliling negri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan diluar istana, kakinya terluka karena terantuk batu. Ia berfikir, “ ternyata jalan-jalan di negriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya “.
Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana. Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri istana melakukan persiapan-persiapan, Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.
Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang pertapa menghadap Maharaja. Ia berkata kepada Maharaja, “ wahai paduka mengapa paduka hendak membunuh sekian banyak sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang paduka butuhkan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki paduka saja “.Karena sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut “ Sendal “.
            Ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman. Untuk hidup kadang kala kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri, dan dengan jalan mengubah dunia itu.
            Karena kita sering kali keliru dalam menafsirkan dunia. Dunia dalam pikiran kita, kadang hanyalah dalam bentuk personal. Dunia kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah kita sendiri, tak ada orang lain yang terlibat disana, sebab sering kali dalam pandangan kita dunia adalah bayangan dari dalam diri kita sendiri.
            Ya, memang jalan kehidupan yang kita tempati masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih, melapisi jalan tersebut dengan primadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau melapisi hati kita dengan  kulit pelapis yaitu iman, pengharapan, dan kasih agar kita dapat berjalan melalui jalan-jalan itu.

ADA TETESAN SETELAH TETESAN TERAKHIR

Pasar malam dibuka disebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, pertunjukan, dan stand makanan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat. Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan  unjukn kekuatan otot manusia kuat ini.
Manusia ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria dikota itu dalam lomba panco. Namun, setiap kali menutup pertunjukannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir, “ hingga tetes terakhir “, pikirnya .
Manusia kuat lalu menantang para penonton “ hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini !”. Kemudian naiklah seorang lelaki, seseorang yang atletis keatas panggung, tangannya kekar, ia memeras dan memeras,,, dan menekan sisa jeruk,, tapi tak setetes pun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh air jeruk itu sudah terperas habis, ia gagal. Beberapa lelaki kuat pun mencobanya, tapi tetap tidak ada yang berhasil. Manusia kuat itu pun tersenyum dan berkata : “ aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba ?”. lalu wanita kurus paruh baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencobanya,. “ Tentu saja boleh nyonya, mari naik ke panggung “. Walau dibayangi kegelian dihatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke panggung. Beberapa orang tertawa mengolok-olok wanita tersebut. Pria kuat lainnya saja gagal apalagi wanita paruh baya itu.
Wanita tersebut mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang mentertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasui , ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisa jeruk yang lain. Ia terus menerus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras,,, dan “ting !” setets air jeruk muncul terperas dan jatuh diatas meja panggung. Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan berubah menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia kuat memeluk wanita paruh baya tersenut, lalu ia berkata “ Nyonya , aku sudah melakukan pertunjukan semacam ini ratusan kali, dan banyak orang ynag pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal, hanya anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Bolehkah aku tau bagaimana anda melakukan hal tersebut?”
“Begini, aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku, aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku, jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahuijalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setets air jeruk dari jeruk  yang engkau buat, bukan hal yang sulit bagiku.” Selalu ada tetesan  setelah tetesan terakhir.

Jumat, 06 April 2012

BAHASA INGGRIS


Cinderella
Cinderella adalah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia tinggal bersama ibu dan kedua kakak tirinya, karena orangtuanya sudah meninggal dunia. Kakak-kakaknya yang jahat memanggilnya “Cinderela”.Cinderela sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di Istana. Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderela kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeraskerasnya karena hatinya sangat kesal. “Aku tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor seperti ini, tapi aku ingin pergi..” Tidak berapa lama terdengar sebuah suara. “Cinderela, berhentilah menangis.” Ketika Cinderela berbalik, ia melihat seorang peri. “Cinderela bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal.”
Dan “Sim salabim!” sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Yang terakhir, Cinderela  berubah menjadi Putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah. Peri berkata, “Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam. “Ya Nek. Terimakasih,” jawab Cinderela. Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. “Cantiknya putri itu! Putri dari negara mana ya ?” Tanya mereka.
Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. “Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?” katanya. “Ya!,” kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. “Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini,” kata sang Pangeran. Karena bahagianya, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. “Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,”. Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari.
Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. “Aku akan mencarimu,” katanya bertekad dalam hati. Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. “Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini,” kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar.
Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. “Hai kamu, cobalah sepatu ini,” katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah,” tidak akan cocok dengan anak ini!”. Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. “Ah! Andalah Putri itu,” seru pengawal gembira. “Cinderela, selamat.., Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.,” katanya. Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun pengantin. “Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali”, kata sang peri. Sesampainya di Istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup Berbahagia untuk selamanya. Di cerita Cinderella tersebut si putri sama sekali tidak menyimpan dendam dengan kakak-kakaknya dan menerima kakaknya walaupun sering disakiti

Kamis, 05 April 2012

The Father's Message

Name     :Maskah melinda
Class      :1EA12
Npm       :14211346


This story recounts the life of two brothers.Earlier his father died when he was told.father said. "Don’t collect the debt owed ​​to the person.Father said that should not collect the debt owed ​​to the person.Time runs continuously and the fact it happens that a few years after his father died,the eldest son getting richer while the youngest is getting poorer.Mother life time asking it to them. Youngest child said: this is because I followed the father's message.Father told that I should not collect the debt owed ​​to the person who told me,as I grew as a result of money owed ​​to people who do not pay me while I do not may collect.